Rasanya hampir setiap dari kita – disadari atau tidak – memiliki rasa
takut yang tak beralasan pada sesuatu, atau yang sering disebut dengan
phobia. Ada yang spontan takut pada laba-laba, jarum suntik, mahluk halus, hingga hal sepele seperti langsung
deg deg plas kalau melihat ada Polantas berdiri
celingukan di pinggir jalan (
weleh,
nggak punya SIM ya mas? *
hehe*).
Begitupun saya, entah apa karena saya fans berat Dennis Bergkamp yang lebih dikenal dengan sebutan
non-flying Dutchman,
atau sebab yang lain, yang jelas rasa yang tak jelas ujung pangkalnya
itu kerap datang ketika saya diharuskan tuk bepergian dengan pesawat
terbang. Dan terakhir itu juga terjadi pada saat
tugas di Oksibil kemarin.
Well, mungkin salah satu alasannya adalah
faktor
human error,
dimana saya percaya seratus persen bahwa setiap burung besi pasti telah
dibuat dan dirancang secanggih mungkin untuk terbang dan mendarat,
namun tetap saja pilot yang mengemudikannya adalah seorang manusia,
bukan? Sama seperti saya yang sama-sama makan sayur asem dan suka duren (
sotoy ah!), bukan? Dan kita
nggak pernah tau
gimana suasana hati sang pilot yang pada saat itu mendapat giliran tuk menerbangkan pesawat yang kita tumpangi. Apakah sedang
good mood,
bad mood, belum gajian, atau jangan-jangan sedang ada masalah sama istrinya (mulai
deh ngelantur..)
Ok, intinya, saya berfikir, dan sering juga saya dapati di buku-buku motivasi, terapi yang paling bagus tuk mengatasi
phobia – apapun jenisnya – adalah dengan menghadapi secara langsung ketakutan tersebut. Contoh, kalau merasa takut sama laba-laba,
ya
cobalah tuk selalu sekuat mungkin berinteraksi saat bertemu dengan
mahluk ini. Entah didekati, menatapi tiap gerak-geriknya, atau – kalau
mau lebih ekstrim – ajaklah dia ngobrol santai seputar blog (ini
mah kelewatan *
haha*).
But that’s the way it is!
Lalu bagaimana tuk mengatasi
phobia naik pesawat terbang atau disebut juga dengan
aviophobia? Banyak jalan. Selain dengan cara-cara ‘berat’, yaitu dengan berkonsultasi ke psikolog dan nekat rutin naik pesawat, ada juga
lho cara yang lebih ‘ringan’ sekaligus mengasyikkan, yaitu dengan memainkan
game simulasi pesawat terbang. Dan salah satu
game sejenis yang terkenal di jagat internet saat ini yaitu
Microsoft Flight Simulator X.
Yup, mari kita coba.
Thus, setelah sukses terinstal,
game interface di bagian pembuka secara
default berada di tab
Home, berisi paparan singkat mengenai isi
game.
Tab
Free Flight berisi opsi-opsi, antara lain opsi memilih pesawat, lokasi
airport, waktu, cuaca dan musim saat simulasi.
Kita bisa menerbangkan jenis pesawat yang disediakan di game ini, dari mulai yang super mini sejenis
Trike Ultralight hingga yang berbadan lebar sekelas
Airbus A321.
Kemudian memilih
airport dari berbagai penjuru dunia, di lebih dari 15000 kota dan 223 negara.
Juga menentukan cuaca saat simulasi, dari cerah hingga hujan badai.
Dan memilih waktu keberangkatan. Dapat diisi manual, atau membiarkan
game menyesuaikan dengan waktu saat ini, dan musim akan mengikuti secara
otomatis.
Tab berikutnya adalah
Missions. Ada beberapa misi yang dilakukan sesuai dengan kemampuan
gamer, yaitu
Beginner,
Intermediate,
Advanced dan
Expert. Saya rasa tab ini seharusnya ada di bawah tab
Home karena fungsinya yang bersifat tutorial dan kita bisa belajar dasar-dasar menerbangkan pesawat dari nol disini.
All right, berikutnya ada tab-tab pelengkap, yaitu
Multiplayer,
Pilot Records,
Learning Center dan
Settings yang bisa dipelajari sambil lalu.
Nah, setelah beberapa waktu menjajal game ini, melalui serangkaian
trial error, gagal
take off,
nyemplung ke laut saat
landing dan sedikit frustasi, akhirnya saya sudah menemukan setelan dan
feel yang cocok untuk memainkannya. Berikut sedikit
review saat saya menerbangkan pesawat jenis
Mooney Bravo dari bandara Adi Sumarmo Solo menuju bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta.
Setelah memilih pesawat dan opsi-opsi lain, klik tombol
Fly Now.
Dengan menekan F10, kita bisa melihat bagian kokpit pesawat ini.
Perhatikan beberapa indikator yang penting untuk diketahui, seperti
kecepatan, sudut terbang, ketinggian, kompas, kecepatan naik/turun serta
kekuatan gas mesin. Indikator-indikator itulah yang akan dibutuhkan
untuk kesuksesan saat
take off, manuver di udara dan
landing nanti (
buseet..
gayanye kayak instruktur pilot
beneran aje *
haha*).
Game ini menerapkan prosedur penerbangan yang berlaku secara
internasional, baik dalam tata cara menerbangkan pesawat maupun dalam
berkomunikasi dengan para pemandu penerbangan yang ada di tiap bandara.
Jadi, sebelumnya kita minta izin dulu ke petugas bandara bahwa kita akan
take off dan meminta petugas untuk ‘membersihkan’
runway/landasan terbang.
Untuk kembali ke tampilan
Outside Look tekan tombol F11, lalu tekan tombol
Scroll Lock yang akan memunculkan jendela ATC beserta pilihan untuk berkomunikasi.
Klik dengan mouse pilihan nomor 1 yaitu
Tune Marmo Ground on 116.100,
yang artinya menghubungi pihak bandara Marmo (sandi untuk Bandara Adi
Sumarmo) di frekuensi 116.100, atau bisa juga langsung memilih dengan
menekan tombol 1 pada keyboard. Nanti akan muncul opsi-opsi berikutnya,
dan kita pilih opsi nomor 2 yaitu
Request Taxi – Depart Straight Out karena kita akan
take off pada posisi saat ini.
Setelah petugas bandara mengizinkan dan membersihkan runway, kita pun dapat segera
take off.
Oya, untuk mengatur kekuatan gas mesin sangat mudah, yaitu dengan
tombol F1 sampai dengan F4. F1 berarti mesin dalam keadaan netral, F2
untuk menurunkan gas, F3 menaikkan, dan F4 berarti gas dalam keadaan
full power alias maksimum.
Ok, let’s start. Terlebih dahulu menyalakan mesin dengan
menekan tombol [Ctrl + e], tunggu beberapa saat hingga stabil, dan
langsung tekan F4 agar pesawat berakselerasi pada kecepatan penuh. Bila
kita dalam
Cockpit View (F10), kita akan serasa benar-benar
merasakan sensasi menjadi pilot yang sesungguhnya. Mendengar deru mesin
yang bergemuruh (saya sarankan gunakan
speaker subwoofer ya *
hehe*), memperhatikan tombol indikator yang mulai bergerak-gerak dan – untuk pesawat jenis
Mooney Bravo – ketika kecepatan menyentuh 80
knot, tekan dengan lembut tombol panah
down pada keyboard.
Pesawat akan merangkak naik pada sudut tertentu (perhatikan indikator
sudut terbang), pertahankan pada sudut 10 derajat agar proses
take off sempurna, dan pada saat bersamaan kita dapat memasukkan roda pesawat dengan menekan tombol G.
Yes, teruskan hingga pesawat melesat ke ketinggian sekitar
3000 kaki dan kita dapat mulai bermanuver tuk terbang ke arah tujuan.
Game ini dilengkapi juga dengan vitrual
Global Positioning System (GPS) yang dapat dimunculkan dengan menekan [Shift + 3].
Lalu sesuaikan arah pesawat dengan menekan tumbol
left dan
right pada keyboard.
That’s it. Setelah itu kita bisa menikmati
view pemandangan sepanjang perjalanan yang
render
teksturnya disajikan apik dan mendekati realistis oleh game ini (Intel
Core 2 Duo 2,93GHz, RAM 4Gb dan VGA 1454Mb, itu cerita spesifikasi
PC-ku, apa ceritamu?
).
Dan ya, dengan bermain game simulasi ini setidaknya saya jadi lebih
terbiasa terbang di ketinggian dan secara psikologis itu sangat membantu
meski hanya lewat media virtual. Nilai lebihnya antara lain:
pengetahuan akan prosedur standar komunikasi penerbangan, jenis-jenis
pesawat, perbedaan antara pesawat jenis piston dan jet, juga keasyikan
menjelajah di berbagai belahan dunia dengan
landscape uniknya masing-masing.
No comments:
Post a Comment