Warga asli benua Amerika (Maya, Aztec dan Indian) mengisap tembakau pipa
atau mengunyah tembakau sejak 1000 sebelum masehi. Kru Columbus
membawanya ke “peradaban” di Inggris dan perdagangan tembakau dimulai
sejak tahun 1500-an, terutama tembakau Virginia dan masih eksis hingga
detik ini.
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya
adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti
memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua
Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba
menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian
kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi
berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di
Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para
pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai
masuk negara-negara Islam.
Di Indonesia :Kisah
kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas memang asal-usul yang akurat
tentang rokok kretek. Menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja
pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada
kurun waktu sekitar akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk asli Kudus ini
merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh.
Setelah itu, sakitnya pun reda. Djamari lantas bereksperimen merajang
cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok.
Kala
itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari
melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap
rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan
ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini pun menyebar cepat. Permintaan
"rokok obat" ini pun mengalir. Djamari melayani banyak permintaan
rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar
mengeluarkan bunyi "keretek", maka rokok temuan Djamari ini dikenal
dengan "rokok kretek". Awalnya, kretek ini dibungkus klobot atau daun
jagung kering.
Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi
dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di
Kudus. Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908
usahanya resmi terdaftar dengan merek "Tjap Bal Tiga". Bisa dikatakan
langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek
di Indonesia.
Menurut beberapa babad legenda yang beredar di
Jawa, rokok sudah dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelun Haji Djamari
dan Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang
menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh
Tumenggung Wiroguno, salah seorang panglima perang kepercayaan Sultan
Agung menjual rokok "klobot" (rokok kretek dengan bungkus daun jangung
kering) yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena rokok itu
direkatkan dengan ludahnya.
No comments:
Post a Comment